Budaya Kalimantan Tengah – Palangkaraya
Upacara Adat Tiwah
Upacara ini termasuk salah satu kekayaan budaya Indonesia. Dalam budaya di Kalimantan Tengah, terdapat sebuah upacara unik bernama Upacara Tiwah. Upacara Tiwah adalah sebuah ritual adat dalam suku Dayak. Upacara ini dilakukan untuk mengantarkan tulang orang-orang yang sudah meninggal menuju ke alam baka. Caranya adalah dengan memindahkan jasad sisa dari dalam liang kubur ke dalam sebuah tempat yang dinamakan Sandung. Jadi, seseorang yang meninggal akan dikuburkan dahulu, baru setelah beberapa tahun kemudian sisa jasadnya akan dipindahkan ke dalam Sandung. Ritual ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan masih dilestarikan hingga sekarang. Ritual ini menjadi ritual terakhir dalam upacara pemakaman seseorang, khususnya suku Dayak Pedalamam yang menganut agama Kaharingan. Bagi Masyarakat Dayak Pedalaman, agama Kaharingan merupakan agama leluhurnya. Itulah sebuah upacara unik dalam budaya Kalimantan Tengah.
http://budayaindonesiasatu.blogspot.com/2013/07/budaya-kalimantan-tengah-upacara-tiwah.html
Makanan Khas Dayak – Juhu Singkah/Umbut Rotan
Dalam bahasa Dayak Maanyan, umbut rotan dikenal dengan uwut nang’e. Sedangkan dalam bahasa Dayak Ngaju dikenal dengan juhu singkah. Umbut rotan ini dikenal masyarakat dayak karena mudah diperoleh didalam hutan tanpa perlu menanamnya terlebih dahulu. Cara pengolahannya yaitu pertama rotan muda dibersihkan kemudian kulitnya dibuang dan dipotong dalam ukuran kecil. Umbut rotan seringkali dimasak bersama dengan ikan baung dan terong asam. Umbut Rotan memiliki rasa gurih, asam, dan kepahit-pahitan yang bercampur dengan rasa manis dari daging ikan sehingga membuat umbut rotan memiliki citarasa tersendiri.
http://makanankhasmu.blogspot.com/2013/03/makanan-khas-suku-dayak.html
Makanan Khas Dayak – Wadi
Wadi adalah makanan berbahan dasar ikan atau menggunakan daging babi. Wadi bisa dibilang adalah makanan yang “dibusukan”. Namun pembusukan ini tidak dibiarkan begitu saja, sebelum disimpan, ikan atau daging akan dilmuri dengan bumbu yang terbuat dari beras ketan putih atau bisa juga biji jagung yang di-sangrai sampai kecoklatan kemudian di tumbuk manual atau di blender. Dalam bahasa Dayak Maanyan bumbu ini disebut dengan Sa’mu dan dalam bahasa Dayak Ngaju disebut dengan Kenta. Pembuatannya yaitu ikan atau daging yang hendak diolah dibersihkan terlebih dahulu, kemudian direndam selama 5-10 jam dalam air garam. Kemudian daging atau ikan diangkat dan dibiarkan mengering. Setelah cukup kering ikan atau daging dicampur dengan Sa’mu sampai merata. Kemudian daging disimpan dalam kotak kaca, stoples, atau plastik kedap udara yang ditutup rapat-rapat. Simpan kurang lebih selama 3-5 hari. Untuk daging disarankan simpan lebih dari 1 minggu. Setelah selesao, wadi tidak bisa langsung dimakan tapi harus diolah kembali antara lain dengan cara digoreng atau dimasak.
http://makanankhasmu.blogspot.com/2013/03/makanan-khas-suku-dayak.html
Senjata Tradisional Mandau
Merupakan senjata utama dan merupakan senjata turun temurun yang dianggap keramat. Bentuknya panjang dan selalu ada tanda ukiran baik dalam bentuk tatahan maupun hanya ukiran biasa. Mandau dibuat dari batu gunung, ditatah, diukir dengan emas/perak/tembaga dan dihiasi dengan bulu burung atau rambut manusia. Mandau mempunyai nama asli yang disebut “Mandau Ambang Birang Bitang Pono Ajun Kajau”, merupakan barang yang mempunyai nilai religius, karena dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Batu-batuan yang sering dipakai sebagai bahan dasar pembuatan Mandau dimasa yang telah lalu yaitu: Batu Sanaman Mantikei, Batu Mujat atau batu Tengger, Batu Montalat.
http://hariantonon.blogspot.com/
Senjata Tradisional Talawang/Perisai
Talawang adalah alat yang digunakan oleh suku Dayak untuk pertahanan diri atau pelindung diri dari serangan musuh. Talawang dibuat dari bahan kayu yang ringan tetapi kuat. Bentuknya segi enam memanjang dengan ukuran panjang kurang lebih 1 meter dan lebarnya kurang lebih 0,5 meter dengan perkiraan dapat menutupi dada manusia guna menangkis mandau atau tombak musuh apabila terjadi perkelahian dalam perang. Keseluruhan bidang depan talawang biasanya diukir bentuk topeng (hudo), lidah api, dan pilin ganda. Selain sebagai pelengkap alat pertahanan diri, talawang juga digunakan sebagai pelengkap dalam tari-tarian.
http://hariantonon.blogspot.com/2013_05_01_archive.html
Tarian Tradisional Giring-Giring
Tari giring-giring awalnya adalah tarian yang berasal dari daerah DAS Barito, Kalimantan Tengah. Tari giring-giring biasa dipertunjukkan dengan perangkat musik dari bambu yang berbunji jika digetarkan. Alat musik ini biasa disebut Ganggereng dan dimainkan bersama sebuah tongkat yang di sebut Gantar.
Tari ini biasa ditampilkan pada acara-acara adat sebagai perwujudan perasaan suka cita warga terutama pada saat menyambut tamu-tamu kehormatan.
Dalam perkembangannya, gerak dan ragam Giring-giring telah mengalami banyak pengembangan dengan tidak meninggalkan kaidah dan teknik dasar tarinya.
http://budayakaltenglodestar.blogspot.com/